Jumat, 16 Juli 2010

Ayah

Aku mengingatnya sebagai figur tanpa kata
dia menjelma dalam rupa
ketika ingatanku menggegas dalam doa
tak ada amarah, tak ada puja
apalagi cela
dia hanya bicara dengan tubuhnya
seperti ketika
aku mendapat diaryku yang pertama
tak ada pituah
bagaimana menggores lembar-lembarnya
padahal aku baru belajar berkata-kata
dengan diam pula
aku menggali makna
sejak itu, kutahu dialah sahabatku utama

meski jejaknya bertebaran dimana-mana
dia tak pernah bercerita
tentang keringat emasnya.
tak ada kami diajari cara berbangga
apalagi memakai namanya
semua sudah selayaknya
dan sudah pada tempatnya
kehidupan yang bersahaja

kau mengerti :
demikianlah dia mengajari
bikin jejakmu sendiri !

maaf bapak
ketika kuhanya mampu menetek saja
tak bisa membuatmu bangga

aku tak bisa berperang
jika itu tentang
sejarah yang diperebutkan

aku hanya bisa mengenang
sebuah kerja tanpa keluhan
tanpa airmata
tanpa sejarah yang direncanakan
sebagaimana para pendahulu
memulai sebuah cangkulan

abah
aku bangga
dengan kebisuanmu

6 komentar:

Jahe Noel mengatakan...

Aduh... kerasa banget alunan katanya. Bak hembusan tak berbenteng, gemulai melentingkan nada sukma.

ninied mengatakan...

wah..apa iya..?

Jahe Noel mengatakan...

Ya iya la... kalo' mbacanya dg rasa. Mungkin karna aku belum bisa bales budi pada ortu, jadi kerasa banget.

ninied mengatakan...

tapi ada juga yang membacanya dengan cara berbeda.

Jahe Noel mengatakan...

Mungkin, setidaknya kalau mengena, bagus kan buat nyadarin orang.

ninied mengatakan...

ya, semoga bermanfaat. sesuatu yang dikatakan dg hati akan sampai ke hati juga..

Introduction