Rabu, 05 Agustus 2020

Dzulhijjah 1441

Dzulhijjah

Karena basmalah
Hidup kami merekah oleh Tuan
Karena takbir
Hidup kami menyala dengan semangat
Dengan tahmid
Kau hidupkan kami dengan sukacita
Dengan tahlil
Kami tak pernah sendirian
Karena tasbih
Kau beri kami arti cinta
Dengan istighfar
Kami bisa titipkan beban
Kami hanya perlu menemukan Mu saja
Saat rupa rasa tak bisa dieja.

💜

Selamat memasuki 10 hari bulan Dzulhijjah...
24 juli 2020

Rabu, 30 Maret 2011

Salam Alaik Ya Nabiy..

Seperti kerinduan akan perjumpaan ini
Seperti itulah keinginanku untuk mengunjungimu, Nabi
Baru menyebutmu saja air mata sudah menghampiri
Bagaimana hendak kulabuhkan sayatan hati 

Wahai kekasih Allah
Gerangan apa sakit ini,
sehingga tak kuasa ku mengobati
serasa perkebunan kurma di Thaif jadi cermin hati

Ooh dambaan syafaat..
segala bayangan sakarat
bagai dosa-dosaku yang melekat
aku makhluk terlaknat

Maka rinduku ini Rasul
menjadi harapanku yang makbul
menjumpaimu manusia unggul
biarpun cemeti bagai beban terpanggul

Biarkan airmata menjadi bagian darimu : Shallu Alaih...


Jumat, 08 Oktober 2010

Rindu

Allah,
saat-saat ini, saat saat yang
sungguh kutunggu
Kau datang dan genggam hatiku
hingga leleh airmataku oleh rindu
dan aku tak peduli semua
bahkan diriku
kusebut Kau
kau sebut aku
Kita berKasih dalam biusMu
aku mabok
aku tenggelam
aku terkapar
aku
tiada..

Sabtu, 02 Oktober 2010

JALAN MENUJU KONYA

Pergilah ke pangkuan Tuhan,
Dan Tuhan akan memelukmu dan menciummu,
Dan menunjukkan
Bahwa Ia tidak akan membiarkanmu lari dari-Nya.
Ia akan menyimpan hatimu dalam hati-Nya, 
Siang dan malam (Ma’arif, h. 28)

( bilakah kakiku menapaknya? Konya... ah....Konya apa yang sebenarnya hadir dalam ingatanku? Mengapa kota ini? jeram yang menyeret dejavuku? )

Minggu, 05 September 2010

kepergian

pagi ini basah
gerimis tak sudah-sudah
seperti menjalani titah mendung kemarin siang
tadi malam daun diam
malam 27 ramadhan
angin tak bergerak
semua seperti sedang menunggu sang pejalan
waktu dan tanda-tanda
bersekutu untuk hari ini saja
seperti air mata yang membanjiri
hati dan ingatanku
inikah akhir seorang martir?
berkubang perih
dalam takdir
membaca peta
mengumpulkan sejarah yang terpecah
dan menyerah
dalam dekap cinta Sang Maha Rasa
Oh, Engkau yang Maha Mengenggam Makna
hamba tunduk
hamba takluk
dalam tanya dan asa
Engkau telah menampak perkasa
tapi bolehkah hamba meminta ?
wujudkan kali ini saja
segala cita-citanya
untuk
kebersamaan
persaudaraan
persatuan
kasih dan cintatanpaprasangka
bagi tanah tempatnya berpijak
sebagaimana setiap malam
dia memuja
karena kami tak bisa
membuatkan monumen
untuk semua doa-doanya
kasih ini tak terlambat
untukmu mas
doa selamatku
engkau telah bergabung
dengan mereka
mendahului kita
biarlah kami yang melanjutkan
segala doamu,
masihlah
koma
Alfatihah

Minggu, 18 Juli 2010

Resep gudeg yogya praktis

Jum'at. Suatu saat kangen banget lidahku sama gudeg batas kota. Tak sekeren gudeg bu Ahmad, Selokan atau gudeg Citro, gudeg Mijilan, dan gudeg-gudeg standar souvenir yang lain. Gudeg batas kota hanya warung kecil yang nempel di hotel Accacia, sekarang hotel Saphir di batas kota Demangan, dekat jalan Solo, Yogya.
Gudeg ini menawarkan sensasi khas saku mahasiswa yang pas-pasan. Murah, tapi kena di lidah. Apalagi waktu itu harus berjuang dengan jalan kaki agak jauh sebelum akhirnya harus antri dan perut sudah kelewat lama menunggu.Mungkin ini yang membawa kenangan tentang kenikmatannya. Makan ketika perut sudah benar-benar lapar.
Alkisah, karena terlalu jauh perjuangan untuk mendapatkannya, aku download saja resep di internet. Nekad bikin sendiri dengan bakat masak yang pas-pasan. Banyak resep yang sama, mungkin copy paste. But, it's okey. Beberapa resep aku mix untuk mendapatkan resep yang praktis. The real gudeg membutuhkan waktu 7-8 jam memasak di atas tungku kayu. Jelas aku tak kan sabar menunggu. Harus ada cara lain. Browsing lagi. So ketemu cara praktisnya. Pakai panci presto..! Yup Ini dia..

Siapkan bahan-bahannya :
1 buah nangka muda ukuran sedang, potong-potong sesuai selera.
6 buah telur bebek rebus
2 buah tahu potong-potong
500 ml santan kental
1/2 ekor ayam
5-10 lembar daun salam.
3 buah serai geprak
asam jawa secukupnya
daun jeruk purut 5 lembar
Laos yang diiris-iris kurang lebih 8 irisan tipis
Air kelapa

Haluskan:
12 bawang merah
7 bawang putih
1/2 sdt jintan
10 butir kemiri
1 sdm ketumbar
1 sdt terasi bakar
150 gr gula merah iris
2-3 sdt garam

Cara Masak :

Tata di dalam panci presto yang dialasi daun jati 3 lembar : Daun salam, laos iris, ayam, nangka dan telur. Campur santan dan bumbunya. Tuangkan ke dalam susunan bahan. Tutup dengan daun jati lagi. Masak dengan panci presto selama 30 menit. Diamkan sampai dingin dan agak meresap.Setelah itu, dengan hati-hati tata bahan di wajan besar, lalu masak untuk mendapatkan efek kering. Jangan terlalu diaduk, bila tak ingin hancur. Setelah agak kering atau sesuai selera, angkat masakan dari wajan. siap deh dihidangkan.
Selamat mencoba...

Jumat, 16 Juli 2010

Ayah

Aku mengingatnya sebagai figur tanpa kata
dia menjelma dalam rupa
ketika ingatanku menggegas dalam doa
tak ada amarah, tak ada puja
apalagi cela
dia hanya bicara dengan tubuhnya
seperti ketika
aku mendapat diaryku yang pertama
tak ada pituah
bagaimana menggores lembar-lembarnya
padahal aku baru belajar berkata-kata
dengan diam pula
aku menggali makna
sejak itu, kutahu dialah sahabatku utama

meski jejaknya bertebaran dimana-mana
dia tak pernah bercerita
tentang keringat emasnya.
tak ada kami diajari cara berbangga
apalagi memakai namanya
semua sudah selayaknya
dan sudah pada tempatnya
kehidupan yang bersahaja

kau mengerti :
demikianlah dia mengajari
bikin jejakmu sendiri !

maaf bapak
ketika kuhanya mampu menetek saja
tak bisa membuatmu bangga

aku tak bisa berperang
jika itu tentang
sejarah yang diperebutkan

aku hanya bisa mengenang
sebuah kerja tanpa keluhan
tanpa airmata
tanpa sejarah yang direncanakan
sebagaimana para pendahulu
memulai sebuah cangkulan

abah
aku bangga
dengan kebisuanmu

Introduction