Rabu, 19 November 2008

Inspiring Man

Jalaluddin Rumi, sampai sekarang masih jadi inspiring man bagi orang-orang yang menghayati puisi spiritual lintas batas. Lebih menarik lagi kisah hidup ketimbang karyanya. Termasuk ketika dia bertemu syamsi tabriz, inspiring man nya. Apa yang dialami Rumi bisa dialami siapa saja, dalam kadar dan kualitas yang berbeda. Ada banyak perubahan dalam hidup seseorang karena terinspirasi seseorang atau sesuatu. Debitnya tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Secarik tulisan tak bertuan bisa merubah persepsi orang tentang hidup. Demikian juga pertemuan selintas dengan orang yang mungkin kenal pun tidak, bisa menjadi titik balik dalam mengevaluasi bahkan merubah secara radikal sebuah pemahaman.
Sebuah novel spiritual "Manuskrip Celestine" tulisan James Redfield, mungkin bisa menyederhanakan pertanyaan yang timbul akibat peristiwa yang kita anggap kebetulan dalam hidup. Menurutnya, tak ada kejadian kebetulan. Sebuah kejadian, berkelindan membentuk arah baru yang akan menentukan corak kita di masa depan. Apakah kita cukup sensitif menangkap pesan alam, atau sebaliknya produk stagnan dari keadaan yang sama ambigunya dengan keputusan yang kita buat, itulah pilihannya.
Maka, ketika Abduh bertemu Jamaluddin Al Afghani, atau Muhammad bin Abdul Wahab bertemu tulisan Ibnu Taimiyah, atau Sukarno yang terketuk oleh Cokroaminoto, Iqbal yang terpesona dengan Rumi, bahkan Rumi yang tenggelam bersama Syamsi Tabriz, pada saat itulah titik balik dimulai. Orang yang cerdas akan menangkap pesan alam dan memaknainya dalam perbuatan yang penuh daya cipta.
Sebuah perubahan besar akan kita temukan sesudahnya.
Mereka membuat perubahan dengan sensitifitas dan kecerdasannya.
Mereka tidak mengabaikan pesan-pesan alam.
Mereka menghargai setiap persentuhan dengan orang dan situasi lain.
Seberapa sensitif kita memaknai pesan alam, dan seberapa peduli kita pada kejadian yang terlihat hanya kebetulan?
Pertanyaan yang ingin kujawab sambil melihat dan mendengarkan para darwisy berzikir, berputar, mengumandangkan syair dalam puncak ekstasenya, di..........Konya.
I'II coming to you, Konya.

Selasa, 11 November 2008

Mengantar Haji

Ritus tahunan menjelang bulan Dzulhijjah adalah banyaknya jemaah haji yang menyemut bersama para pengantarnya di alun-alun. Dan selalu ada haru yang menyelip di antara rerombongan. Baik si calhaj yang bermimpi segera menjamah Baitulloh maupun si pengantar yan bermimpi tahun depan akan berangkat menyusul. Dalam posisi seperti itu rasanya tidak ada yang musti dipermalukan manakala kita meminta dan mengemisnya pada Allah. Karena sejatinya kerinduan adalah panggilan yang tertunda.
Labbaika allahumma labbaik......
Labbaika laa syariika lak...
Kudatangi Engkau ya Allah dengan segenap kerinduan....
Ritus haji adalah ritus kekasih yang ingin bertemu dengan kekasihnya melalui perjuangan yang luar biasa. Selamat beribadah, semoga kembali dengan haji mabrur

Jumat, 07 November 2008

KKR

REPRODUKSI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA :

BAGAIMANA DENGAN PONDOK PESANTREN ?

Maraknya kasus yang berkaitan dengan Narkoba, Seks Bebas dan HIV/AIDS akhir-akhir ini cenderung menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Terbunuhnya seorang artis baru-baru ini yang diduga dilatarbelakangi penyalahgunaan Narkoba pada dasarnya hanyalah letupan kecil di tengah persoalan sesungguhnya. Tingginya angka kematian setiap tahunnya yang mencapai 15.000 orang diantara 4 juta pemakai aktif (Surya, Oktober 2006) sungguh merupakan jumlah yang mencengangkan. Dan ini jauh lebih penting disikapi ketimbang berpolemik mengenai kehidupan pribadi seorang artis. Jika mengikuti prinsip puncak gunung es, hal ini menjadi pertanda bahwa jumlah yang sesungguhnya jauh lebih besar dari data yang didapat.

Data yang dimiliki oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) menunjukkan sebagian pengguna NAPZA dari jumlah tercatat sebanyak 130.000 orang (jumlah estimasinya kurang lebih 1,3 juta) 10 % nya adalah kelompok usia 15-24 tahun. Menilik jumlah pengguna dan pelaku narkoba maupun seks bebas kebanyakan berusia produktif, maka yang menjadi pertanyaan penting adalah : Seperti apa wajah bangsa Indonesia mendatang di tangan generasi muda yang timpang ?

Di sisi lain penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lain)

sering terkait dengnan efek lain seperti seks bebas, aborsi, IMS (In feksi Menular Seksual) dan juga HIV/AIDS, maka pembicaraan mngenai Napza akan selalu terkait dengan efek-efek tersebut.

Gaya hidup global dan cenderung permisif terhadap nilai-nilai moral dan agama ternyata bisa dibaca dari data kehidupan seks pra nikah di kalangan remaja. Jumlah remaja di Indonesia usia 15-24 tahun sebanyak +_44 juta (22%) sedangkan usia 10-19 tahun sebanyak +_ 42 juta (20%). Dari survey yang dilakukan di 4 kota besar yaitu Manado, Surabaya, malang dan Denpasar 26-29 % remaja usia 20-24 tahaun pernah melakukan seks pra nikah. Sementara berdasarkan pengakuan teman sebaya usia 20-24 tahun, 46,5 % mengaku punya teman laki-laki yang pernah melakukan seks pra nikah. Akibat seks pranikah diantaranya adalah KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan). Seringkali dengan alasan ketidaksiapan menghadapi masa depan, banyak diantaranya yang melakukan aborsi. Di Indonesia sendiri jumlah aborsi pertahun sebanyak 2,5 juta. 1,5 juta di antaranya dilakukan oleh remaja karena KTD.

Karena minimnya informasi maupun karena ketidakpedulian, para pelaku seks bebas sering tidak menyadari bahaya yang mengancam di depan mata. Salah satu akibat yang harus diwaspadai adalah IMS dan HIV/AIDS. Rata-rata setiap tahun dari 10 juta remaja di dunia yang terinfeksi HIV/AIDS, 42 % terjadi di kalangan remaja usia 15-24 tahun. Di Indonesia sendiri jumlah penderita terbanyak yakni 680 orang, terdiri dari kelompok usia 20-29 tahun.

Angka kematian yang diakibatkan oleh aborsi sendiri juga tidak kalah banyaknya. Intervensi gaya budaya bebas dari luar dan melampaui batas agaknya lebih mudah dicerna ketimbang memikirkan dampaknya. Dari sisi psikologis, remaja sebagai pribadi yang mengalami transisi menuju kedewasaan sering dihinggapi perasaan labil. Keinginan menunjukkan eksistensi diri membuat mereka melakukan tindakan-tindakan nekad untuk memperoleh pengakuan. Akibat iformasi dan pergaulan yang salah banyak diantara mereka terjerumus psda persoalan kriminal dan penyimpangan moral.

Informasi di atas hanyalah untuk menegaskan betapa pentingnya sosialisasi menyangkut Kesehatan Reproduksi dan bahaya penggunaan obat terlarang di kalangan remaja. Apalagi mengingat hanya 2,4 % remaja yang tahu bahwa dampak NAPZA bisa mengganggu alat reproduksi laki-laki dan perempuan..

Pesantren sebagai komponen masyarakat merasa ikut terpanggil untuk menjadi bagian dari upaya mewujudkan generasi muda yang sehat dan cerdas. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah teruji selama puluhan tahun ikut andil dalam menelurkan generasi dengan basic ilmu agama dan moral yang bisa menjadi panutan. Namun sebagai bagian dari tatanan masyarakat pesantren juga harus menyadari perkembangan di luar sudah sedemikian dahsyat. Apalagi mengingat santri yang datang ke pesantren pada masa ini berangkat dari kultur dan latar sosial yang beragam. Sebagian dari mereka bahkan pernah bersentuhan dengan obat-obat terlarang maupun kehidupan bebas.

Sementara kelompok santri yang lain yang nota bene adalah kelompok usia remaja bukan tidak mungkin menjadi sasaran empuk lingkaran penyimpangan ini. Sehingga mau tidak mau pesantren juga harus melakukan antisipasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang selama ini melekat dalam citra diri pesantren. Untuk itu sedini mungkin sosialisasi KRR harus dilakukan. Salah satu upayanya adalah dengan mengadakan seminar dan sosialsasi terus menerus tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

Di Bahrul ’Ulum Tambakberas Jombang berbagai even terkait sosialisasi KRR pernah digagas. Termasuk bekerjasama dengan BKKBN tanggal 4 Februari 2006.

Introduction